Pengalaman paska dalam Roh Kudus itu menjadi titik tolak seluruh refleksi umat
purba mengenai Yesus, hal ihwal, kedudukan dan peranan-Nya dalam tata
penyelamatan Allah. Refleksi itu ditangkap secara konseptual dan diungkapkan
dalam bahasa mereka sendiri. Dan itulah namanya "kristologi/soteriologi".
Pengalaman paska mencetuskan kristologi itu. Selagi Yesus hidup tentu saja sudah
mulai dipikirkan juga, tetapi pemikiran itu tidak menjadi mantap. Sebab Yesus
terlebih suatu problem, suatu teka-teki yang tak tertebak. Dan selebihnya: Yesus
selagi hidup belum "selesai" (Luk 13:32; Yoh 19:30), sehingga belum dapat secara
bulat dipahami dan diungkapkan. Kematian Yesus, pengalaman-Nya yang terakhir,
termasuk ke dalam eksistensi-Nya dan turut membentuk diri Yesus, turut
menentukan kedudukan dan peranan-Nya. Dan apa yang masih terjadi dengan Yesus
sesudah itu dan yang diistilahkan sebagai "kebangkitan" menjadi unsur yang
mutlak perlu bagi pemahaman tentang Yesus. Boleh ditanyakan apakah peristiwa
"paska" sendiri masih "menambah" sesuatu pada diri Yesus sendiri. Tentu saja
kejadian itu menyangkut Yesus sendiri dan mempunyai makna kristologis. Peristiwa
itu pun "membenarkan" seluruh eksistensi Yesus. Tapi "isi" baru agaknya tidak
ada. Di salib itu Yesus seluruhnya selesai, seluruhnya terbentuk. situasi Yesus
berubah, tapi situasi baru itu mengenai Yesus yang lama. Dari segi itu tidak ada
tambahan. Tetapi kematian Yesus membentuk dan menyelesaikan Yesus. Maka sebelum
kematian-Nya paling-paling bisa berkembang semacam "Yesuologi", tetapi suatu
"kristologi" belum juga mungkin.
Pengalaman paska pertama-tama meyakinkan sejumlah orang bekas pengikut Yesus (tetapi rupanya belum semua juga, bdk. Mat 28:17), bahwa Allah "membenarkan" Yesus (ITim 3:16). Yesus dahulu bukanlah seorang durhaka, penjahat, penipu yang pantas disalibkan. Yesus ternyata mempunyai hubungan akrab dan malah tunggal dengan Allah, sebab sebelumnya belum pernah seseorang dibangkitkan oleh Allah. Dalam tradisi Yahudi memang ada orang yang diangkat oleh Allah, seperti Henokh dan Elia (Kej 5:22; 2Raj 2:11). Dalam tradisi Yahudi (IRaj 17:22; 2Raj 4:35) dan malah dalam tradisi Injil (Mrk 5:42; Luk 7:15) ada orang mati yang dihidupkan kembali. Tetapi "membangkitkan orang" tidak sama dengan "menghidupkan kembali" orang, yang kemudian meneruskan hidupnya di dunia. Hanya Yesuslah yang "dibangkitkan Allah" dan secara unik dibenarkan oleh-Nya (Yoh 16:10).
Dan sekaligus pengalaman paska itu meyakinkan bekas pengikut Yesus bahwa Yesus dalam pewartaan dan tindakan-Nya dahulu tidaklah keliru. Yesus mewartakan Kerajaan Allah yang sudah dekat, sudah mulai mewujudkan diri justru dalam pewartaan dan tindakan Yesus. Allah seperti diwartakan dan diperagakan Yesus benar-benar Allah seadanya. Allah sejati bukanlah buah khayal dan mimpi Yesus sendiri. Dengan demikian pengalaman paska menyingkapkan selubung dari kehidupan dan diri Yesus dahulu. Dan kehidupan Yesus, yang dahulu sebuah teka-teki kini menjadi lebih jelas, dapat dipahami. Apa yang tersembunyi dalam Yesus dan hidup-Nya dahulu kini menjadi nyata. Atas dasar pengalaman paska seluruh kehidupan Yesus dapat ditinjau kembali di bawah sorotan tindakan Allah yang terakhir, ialah: membangkitkan Yesus dari antara orang mati.
Pengalaman paska pertama-tama meyakinkan sejumlah orang bekas pengikut Yesus (tetapi rupanya belum semua juga, bdk. Mat 28:17), bahwa Allah "membenarkan" Yesus (ITim 3:16). Yesus dahulu bukanlah seorang durhaka, penjahat, penipu yang pantas disalibkan. Yesus ternyata mempunyai hubungan akrab dan malah tunggal dengan Allah, sebab sebelumnya belum pernah seseorang dibangkitkan oleh Allah. Dalam tradisi Yahudi memang ada orang yang diangkat oleh Allah, seperti Henokh dan Elia (Kej 5:22; 2Raj 2:11). Dalam tradisi Yahudi (IRaj 17:22; 2Raj 4:35) dan malah dalam tradisi Injil (Mrk 5:42; Luk 7:15) ada orang mati yang dihidupkan kembali. Tetapi "membangkitkan orang" tidak sama dengan "menghidupkan kembali" orang, yang kemudian meneruskan hidupnya di dunia. Hanya Yesuslah yang "dibangkitkan Allah" dan secara unik dibenarkan oleh-Nya (Yoh 16:10).
Dan sekaligus pengalaman paska itu meyakinkan bekas pengikut Yesus bahwa Yesus dalam pewartaan dan tindakan-Nya dahulu tidaklah keliru. Yesus mewartakan Kerajaan Allah yang sudah dekat, sudah mulai mewujudkan diri justru dalam pewartaan dan tindakan Yesus. Allah seperti diwartakan dan diperagakan Yesus benar-benar Allah seadanya. Allah sejati bukanlah buah khayal dan mimpi Yesus sendiri. Dengan demikian pengalaman paska menyingkapkan selubung dari kehidupan dan diri Yesus dahulu. Dan kehidupan Yesus, yang dahulu sebuah teka-teki kini menjadi lebih jelas, dapat dipahami. Apa yang tersembunyi dalam Yesus dan hidup-Nya dahulu kini menjadi nyata. Atas dasar pengalaman paska seluruh kehidupan Yesus dapat ditinjau kembali di bawah sorotan tindakan Allah yang terakhir, ialah: membangkitkan Yesus dari antara orang mati.